Metode : Rancangan Ex Post Facto
Penelitian dengan rancangan ex post facto sering disebut dengan after the fact. Artinya, penelitian yang dilakukan setelah suatu kejadian itu terjadi. Disebut juga sebagai restropective study karena
penelitian ini merupakan penelitian penelusuran kembali terhadap suatu
peristiwa atau suatu kejadian dan kemudian merunut ke belakang untuk
mengetahui faktor-faktor yang dapat menimbulkan kejadian tersebut.
Dalam pengertian yang lebih khusus, (Furchan, 383:2002) menguraikan bahwa penelitian ex post facto adalah penelitian
yang dilakukan sesudah perbedaan-perbedaan dalam variable bebas terjadi
karena perkembangan suatu kejadian secara alami.
Penelitian
ex post facto merupakan penelitian yang variabel-variabel bebasnya
telah terjadi perlakuan atau treatment tidak dilakukan pada saat
penelitian berlangsung, sehingga penelitian ini biasanya dipisahkan
dengan penelitian eksperimen. Peneliti ingin melacak kembali, jika
dimungkinkan, apa yang menjadi faktor penyebab terjadinya sesuatu.
Perbandingan Antara Ex post Facto dengan Eksperimen
Dalam beberapa hal, penelitian ex post facto
dapat dianggap sebagai kebalikan dari penelitian eksperimen. Sebagai
pengganti dari pengambilan dua kelompok yang sama kemudian diberi
perlakuan yang berbeda. Studi ex post facto dimulai dengan dua kelompok
yang berbeda kemudian menetapkan sebab-sebab dari perbedaan tersebut.
Studi ex post facto dimulai dengan melukiskan keadaan sekarang,
yang dianggap sebagai akibat dari faktor yang terjadi sebelumnya,
kemudian mencoba menyelidiki ke belakang guna menetapkan faktor-faktor
yang diduga sebagai penyebabnya.
Penelitian ex post facto
memiliki persamaan dengan penelitian eksperimen. Logika dasar
pendekatan dalam ex post facto sama dengan penelitian eksperimen, yaitu
adanya variabel x dan y. Kedua metode penelitian tersebut membandingkan
dua kelompok yang sama pada kondisi dan situasi tertentu. Perhatiannya
dipusatkan untuk mencari atau menetapkan hubungan yang ada di antara
variabel-variabel dalam data penelitian. Dengan demikian, banyak jenis
informasi yang diberikan oleh eksperimen dapat juga diperoleh melalui
analisis ex post facto.
Dalam
penelitian eksperimen, pengaruh variabel luar dikendalikan dengan
kondisi eksperimental. Variabel bebas yang dianggap sebagai penyebab
dimanipulasi secara langsung untuk meminimalkan pengaruh terhadap
variabel terikat. Melalui eksperimen, peneliti dapat memperoleh bukti
tentang hubungan kausal atau hubungan fungsional di antara variabel yang
jauh lebih menyakinkan daripada yang dapat diperoleh menggunakan studi ex post facto.
Peneliti dalam penelitian ex post facto
tidak dapat melakukan manipulasi atau pengacakan terhadap
variabel-variabel bebasnya. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan dalam
variabel-variabelnya sudah terjadi. Peneliti dihadapkan kepada masalah
bagaimana menetapkan sebab dari akibat yang diamati tersebut. Furchan (383:2001) menyatakan bahwa dengan tidak adanya kemungkinan peneliti untuk melakukan manipulasi atau pengacakan.
Contoh perbedaan antara penelitian ex post facto dengan eksperimen adalah sebagai berikut. Sebuah penelitian berjudul Pengaruh Kecemasan Siswa pada Waktu Mengerjakan Ujian Terhadap Hasil Ujian Mereka dapat didekati dengan dua metode, yaitu eksperimen dan eks post facto.
1) Pendekatan Eksperimen
Dalam
judul di atas terdapat dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel
terikat. Variabel bebas dalam judul di atas adalah kecemasan siswa dan
ujian nasional. Variabel terikatnya adalah hasil ujian.
Ciri
dari penelitian eksperimen adalah adanya manipulasi terhadap variabel
bebas. Dari kondisi di atas, variabel bebas dapat dimanipulasi menjadi
cemas dan tidak cemas. Konkritnya, sebuah kelas terdiri dari kelas A dan
B. Masing-masing kelas dimanipulasi kondisinya menjadi kelas A menjadi
kelas yang cemas, sementara kelas B menjadi kelas yang netral
(pengendali).
Pengkondisian
kelas dapat dilakukan dengan memberikan sugesti kepada kelas A bahwa
ujian yang diberikan akan berpengaruh terhadap kenaikan kelas. Artinya,
siswa yang memiliki nilai yang rendah bisa dimungkinkan tidak naik
kelas. Sementara kelas B dikondisikan netral. Dengan pengertian bahwa
ujian di kelas B hanyalah untuk mengukur kemampuan pemahaman terhadap
suatu kompetensi tanpa adanya pengaruh dari hasil dengan kenaikan kelas.
Setelah
kelas sudah terkondisikan, maka diberikan soal dengan tingkat kuantitas
dan kualitas kesulitan yang sama. Pada waktu yang bersamaan, lembar
jawaban dikumpulkan bersama dan dilakukan pengoreksian terhadap hasil
jawab dari kelas A dan B. Apabila terjadi perbedaan nilai, semisal,
nilai kelas A lebih tinggi daripada kelas B, maka dapat disimpulkan
bahwa dengan adanya kecemasan ternyata mampu meningkatkan nilai ujian.
Anggapan lain, bahwa dengan adanya kecemasan membuat siswa semakin
berpacu untuk mendapatkan yang terbaik.
2) Pendekatan Ex post Facto
Hal
penting dalam pendekatan ex post facto adalah tidak adanya manipulasi
terhadap variabel. Dalam kasus di atas, dapat didekati dengan ex post
facto dengan melihat situasi kelas A dan B yang sebelumnya tidak
diadakan manipulasi. Artinya, kelas tersebut berjalan secara alami.
Misalnya, hasil ujian kelas A dan B menunjukkan perbedaan dari satu
siswa ke siswa lainnya. Dari hasil tersebut, dilakukan klasifikasi
antara siswa yang memiliki nilai tinggi dengan siswa yang memiliki nilai
rendah. Kemudian dihubungkan antara kecemasan dengan hasil nilai.
Misalnya ditemukan kesimpulan bahwa nilai di atas rata-rata dikerjakan
oleh siswa yang memiliki kecemasan. Oleh karena itu, pengaruh kecemasan
siswa memang berpengaruh terhadap hasil ujian, yaitu menjadi lebih baik.
Penelitian
dengan menggunakan pendekatan ini tentu saja memiliki kekurangan. Dari
kasus di atas dapat terlihat satu celah kelemahan bahwa bisa jadi adanya
faktor ketiga selain kecemasan yang membuat nilai ujian meningkat. Hal
ini dimungkinkan adanya faktor ketiga, yaitu kecerdasan. Selain
kecemasan, bisa dimungkinkan bahwa kecemasan adalah situasi lain,
sedangkan kecerdasan menjadi penunjang utama.
Kekurangan Pendekatan Ex Post Facto
Pendekatan ex post facto memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan tersebut adalah sebagai berikut.
- Tidak adanya kontrol terhadap variabel bebas.Oleh karena tidak adanya kontrol terhadap variabel bebas, maka sukar untuk memperoleh kepastian bahwa faktor-faktor penyebab yang relevan telah benar-benar tercakup dalam kelompok faktor-faktor yang sedang diselidiki.
- Kenyataan bahwa faktor penyebab bukanlah faktor tunggal, melainkan kombinasi dan interaksi antara berbagai faktor dalam kondisi tertentu untuk menghasilkan efek yang disaksikan, menyebabkan soalnya sangat kompleks.
- Suatu gejala mungkin tidak hanya merupakan akibat dari sebab-sebab ganda, tetapi dapat pula disebabkan oleh sesuatu sebab pada kejadian tertentu dan oleh lain sebab pada kejadian lain.
- Apabila saling hubungan antar dua variabel telah diketemukan, mungkin sukar untuk menentukan mana yang sebab dan mana yang akibat.
- Kenyataan bahwa dua, atau lebih, faktor saling berhubungan tidaklah mesti memberi implikasi adanya hubungan sebab akibat.
- Menggolongkan-golongkan subjek ke dalam kategori dikotomi (misalnya golongan pandai dan golongan bodoh) untuk tujuan perbandingan, menimbulkan persoalan-persoalan, karena kategori-kategori itu sifatnya kabur, bervariasi, dan tak mantap.
- Studi komparatif dalam situasi alami tidak memungkinkan pemilihan subyek secara terkontrol. Menempatkan kelompok yang telah ada yang mempunyai kesamaan dalam berbagai hal kecuali dalam hal dihadapkannya kepada variabel bebas adalah sangat sukar.
Keunggulan Penelitian dengan Pendekatan Ex Post Facto
Metode
ini baik untuk berbagai keadaan kalau metode yang lebih kuat, yaitu
metode eksperimental, tak dapat digunakan. Apabila tidak selalu mungkin
untuk memilih, mengontrol, dan memanipulasikan faktor-faktor yang perlu
untuk menyelidiki hubungan sebab akibat secara langsung. Apabila
pengontrolan terhadap semua variabel kecuali variabel bebas sangat tidak
realistik dan dibuat-buat, yang mencegah interaksi normal dengan
lain-lain variabel yang berpengaruh.
Apabila
control di laboratorium untuk berbagai tujuan penelitian adalah tidak
praktis, terlalu mahal, atau dipandang dari segi etika diragukan atau
dipertanyakan. Studi kausal-komparatif menghasilkan informasi
yang sangat berguna mengenai sifat-sifat gejala yang dipersoalkan: apa
sejalan dengan apa, dalam kondisi apa, pada perurutan dan pola yang
bagaimana, dan sejenis dengan itu. Perbaikan-perbaikan dalam hal
teknik, metode statistik, dan rancangan dengan kontrol parsial, pada
akhir-akhir ini telah membuat studi kausal komparatif itu lebih dapat
dipertanggungjawabkan.
0 comments:
Post a Comment