
Di tepian Nieuwe Maas, Rotterdam
Roderick menemui Slavina selepas matahari tergelincir pukul tiga
sore. Cahayanya menyandari punggung gadis itu —membiaskan kemilau
kemerahan di rambutnya. Tapi kondisi Slavina membuat lelaki itu cemas.
Ia tegak di beranda, di sisi Slavina, menghadap ke sungai Nieuwe Maas
dalam kebisuan. Mereka ditikam canggung. Ah, bukan mereka, tapi cuma
Roderick saja. Untuk pertama kali, lelaki itu harus mengasihani dirinya.
Ia butuh penebusan atas kerumitan yang sedang terjadi.
“Aku datang, Slavina,” pelan lelaki itu berujar seraya meletakkan telapak tangannya di bahu Slavina, “aku datang, Sayang.”
Tetapi Slavina tak bergeming. Matanya lurus ke aliran air sungai
Nieuwe Maas yang mengalir pelan menuju delta Rotte...